Rangkong
badak (Buceros rhinoceros) merupakan salah satu spesies burung rangkong
terbesar di Asia. Rangkong badak menghabiskan waktunya di bagian atas tajuk
hutan dengan makanan utama buah-buahan, serangga, reptil kecil, hewan pengerat,
dan burung-burung kecil. Satwa ini mempunyai perilaku yang unik, betina
bersarang dalam lobang pohon yang kemudian dititutup dengan lumpur dan selama
betina tinggal dalam lobang ini, diberi makanan oleh jantan.
Menurut
Daftar Merah IUCN, rangkong badak termasuk spesies yang hampir mengalami
kelangkaan. CITES juga mengklasifikasikan satwa burung ini ke dalam kategori
Appendix II (spesies yang dilarang untuk perdagangan komersial internasional
karena hampir mengalami kelangkaan, kecuali jika perdagangan tersebut tunduk
pada peraturan ketat, sehingga pemanfaatan yang tidak sesuai dapat dihindari).
Raungan
bersuara “honk” kasar diulangi oleh jantan dan betina dalam nada yang berbeda.
Sering kali disuarakan dalam bentuk duet, tetapi yang satu lebih terlambat dari
yang lain, sehingga terdengar suara seperti “honk – hank,...”, dan juga suara
tajam “gak” sewaktu
terbang.
Masyarakat tradisional Dayak ada yang bisa memanggil burung rangkong ini dengan
meniru suaranya. Suara kepakan sayap rangkong Badak sangat keras dan terdengar
seperti suara helikopter kecil di kejauhan.
Ekologi
dan Habitat
Wilayah
penyebaran global satwa ini adalah Asia Tenggara, termasuk Semenanjung
Malaysia, Pulau Sumatera, Borneo, dan Jawa. Burung rangkong badak dapat
ditemukan dalam kepadatan rendah di kebanyakan blok hutan dataran rendah dan
perbukitan. Rangkong punya fungsi sangat penting sebagai penyebar biji pohon,
umumnya buah yang dimakan bijinya dibuang kemana-mana. Kehadiran satwa ini sangat
mencolok karena mempunyai ukuran badan yang besar, serta kebiasaan dan suaranya
yang khas. Akan tetapi, pada umumnya, burung rangkong badak hanya dapat ditemui
dalam jumlah kecil di dalam satu tempat di kawasan hutan yang luas.
Ancaman
Sepanjang
Pulau Sumatera dan Borneo banyak dari hutan hujan tropis yang telah dikonversi
menjadi lahan pertanian, perkebunan, dan pemukiman. Kebakaran hutan yang kini
telah menjadi fenomena tahunan, telah memakan banyak korban. Penebangan hutan
secara tidak lestari telah banyak menghancurkan kawasan hutan di Pulau Sumatera
dan Borneo. Sebenarnya, rangkong badak mampu bertahan hidup di dalam kawasan
hutan yang kayunya dipanen dengan sistem pengelolaan yang baik dan bertanggung jawab,
serta aktivitas perburuan dikontrol secara ketat, sehingga pada akhirnya satwa
ini tidak mengalami kelangkaan yang berujung pada kepunahan. Untuk bersarang
burung ini perlu pohon kayu yang berlobang, yaitu biasanya pohon yang sudah tua
dan tebal.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar