Mengenai
Badak Jawa
Badak
Jawa (Rhinoceros sondaicus sondaicus) merupakan salah satu mamalia besar
terlangka di dunia yang ada diambang kepunahan. Dengan hanya sekitar 50 ekor
individu di alam liar, spesies ini diklasifikasikan sebagai sangat terancam
(critically endangered) dalam Daftar Merah IUCN.
Ujung
Kulon menjadi satu-satunya habitat yang tersisa bagi badak Jawa di Indonesia.
Populasi lain dari sub-spesies yang berbeda di Vietnam telah dinyatakan punah.
Status badak Jawa dilindungi sejak 1931 di Indonesia, yang diperkuat dengan
penetapan Ujung Kulon di barat daya pulau Jawa sebagai taman nasional sejak
1992.
Ekologi
dan Habitat
Badak
Jawa pernah hidup di hampir semua gunung-gunung di Jawa Barat, diantaranya
berada hingga diatas ketinggian 3000 meter diatas permukaan laut. Pada tahun
1960-an, diperkirakan sekitar 20 sd 30 ekor badak saja tersisa di TN Ujung
Kulon. Populasinya meningkat hingga dua kali lipat pada tahun 1967 hingga 1978
setelah upaya perlindungan dilakukan dengan ketat, yang didukung oleh WWF-Indonesia.
Sejak akhir tahun 1970-an, jumlah populasi Badak Jawa tampaknya stabil dengan
angka maksimum pertumbuhan populasi 1% per tahun.
Berdasarkan
pengamatan terhadap ukuran wilayah jelajah dan kondisi habitat, Ujung Kulon
diperkirakan memiliki daya dukung bagi 50 individu badak. Hanya saja, populasi
yang stagnan menandakan batas daya dukung sudah dicapai. Karena alasan tersebut
serta upaya preventif menghindarkan populasi badak dari ancaman penyakit dan
bencana alam, para ahli merekomendasikan adanya habitat kedua bagi Badak Jawa.
Beberapa lokasi yang menjadi pertimbangan adalah: Hutan Baduy, Taman Nasional Halimun
– Salak, Cagar Alam Sancang dan Cikepuh.
Ancaman
Sudah
tidak ditemukan kasus perburuan liar badak Jawa sejak tahun 1990-an karena penegakan
hukum yang efektif oleh otoritas taman nasional yang diiringin dengan
inisiatif-inisiatif seperti Rhino Monitoring and Protection Unit (RMPU) serta
patroli pantai. Ancaman terbesar bagi populasi badak Jawa adalah:
Berkurangnya keragaman genetis
Populasi
badak Jawa yang sedikit menyebabkan rendahnya keragaman genetis. Hal ini dapat
memperlemah kemampuan spesies ini dalam menghadapi wabah penyakit atau bencana
alam (erupsi gunung berapi dan gempa).
Degradasi dan hilangnya habitat
Ancaman
lain bagi populasi badak Jawa adalah meningkatnya kebutuhan lahan sebagai
akibat langsung pertumbuhan populasi manusia. Pembukaan hutan untuk pertanian
dan penebangan kayu komersial mulai bermunculan di sekitar dan di dalam kawasan
lindung tempat spesies ini hidup.